Teori Pembelajaran - Taksonomi Tipe Hasil-hasil Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Taksonomi
Benyamin S. Bloom
1. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan,
yaitu:
a. Prinsip metodologis: perbedaan-perbedaan
yang besar telah merefleksikan kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b. Prinsip pskologis: taksonomi hendaknya
konsisten denan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c. Prinsip logis: taksonomi hendaknya
dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan: tingkatan-tingkatan
tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis
tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.[1]
2. Bloom telah memberikan banyak inspirasi
kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain, berikut:[2]
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Istilah cognitive berasal dari kata cognition
yang kesamaanya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser: 1976). Teori Bloom tentang ranah
kognitif terdiri dari beberapa aspek, antara lain:
1)
Pengetahuan (Knowledge) : Mencapai kemampuan ingatan tentang
hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
2)
Pemahaman (Comprehension) : Mencakup kemampuan menangkap
arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3)
Penerapan atau aplikasi (Application) : Mencakup
kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru.
4)
Analisis (Analysis) : Mencakup kemampuan merinci suatu
kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik.
5)
Sintesis (Synthesis) : Mencakup kemampuan membentuk suatu
pola baru.
6)
Evaluasi (Evaluation) : Level
paling tinggi dari aktivitas kognitif, evaluasi, adalah memutuskan materi
dengan pertimbangan keakuratan internal, konsistensi, dan kelengkapan atau
pertimbangan materi menurut standar eksternal yang diterima secara umum.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa
untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental
yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
b. Ranah Afektif (Affective
Domain)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku.
Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1)
Receiving atau attending
(menerima atau memperhatikan) semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan
untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Pada
jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang
diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam
nilai itu atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat
nama seseorang.
2) Responding
(menanggapi), ialah suatu
sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif atau kemampuan menanggapi,
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif
dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat
secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Contoh: berpartisipasi dalam
diskusi kelas.
3)
Valuing (menilai
atau menghargai), artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila
kegiatan itu idak dikerjakan memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang
diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik
atau buruk. Contoh:
Mengusulkan kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan nilai yang
berlaku dan komitmen perusahaan.
4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan), yakni
pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan
suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai,
organisasi sistem nilai dan lain-lain. Kemampuan
membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan
perbedaan nilai. Contoh: menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui
perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.
5) Characterization
by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai), adalah
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Mengacu
kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah
diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan
pribadi, sosial dan emosi jiwa. Serta memperbaiki hubungan intrapersonal,
interpersonal dan social. Contoh: menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja
sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok.
c.
Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)
Dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang
menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan
gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya. Secara singkat, motor
dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan
stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.[3] Ranah ini berkaitan dengan keterampilan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan dan hasil belajar afektif.
Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui:
1)
Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta
didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung
2)
Sesudah mengikuti pembelajaran
3) Beberapa
waktu setelah pembelajaran dan kelak dalam lingkungannya.
B. Taksonomi “Delapan Tipe Belajar”
Menurut Robert
M. Gagne ada 8 tipe belajar, yaitu:
1. Tipe belajar tanda (Signal Learning) oleh Pavlov bahwa semua
jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.
2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-Response
Learning),
yaitu timbulnya respons karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta
adanya penguatan sehingga seseorang mau melakukan sesuatu secara
berulang-ulang.
3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning), maksudnya
adalah bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan
selanjutnya akan menimbulkan respons baru.
4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal Association
Learning),
berhubungan
dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan reaksi
verbal pada stimulus/perangsang.
5. Tipe belajar membedakan (Discrimination Learning), kemampuan untuk
membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalm lingkungan fisik.
6. Tipe belajar konsep (Concept Learning), untuk
memperoleh pemahaman atau pengertian tentang suatu yang mendasar.
7. Tipe belajar kaidah (Rule Learning), menghasilkan
suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.
8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem Solving), menghasilkan
suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan.
C. Faktor
yang mempengaruhi hasil belajar
Secara
umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1.
Faktor
internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis.
a. Faktor fisiologis, ialah faktor-faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
b. Faktor psikologis, ialah keadaan
psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
2.
Faktor
eksternal, faktor ini dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu keluarga, sekolah
dan masyarakat.
a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa:
1)
Bagaimana
cara orang tua mendidik
2)
Suasana
rumah
3)
Keadaan sosio-ekonomi (menunjuk pada kemampuan financial siswa dan perlengkapan
material yang dimiliki siswa, keadaan ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang.)[4]
4)
Pengertian orang tua
5)
Latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah:
1)
Metode
mengajar
2)
Kurikulum
3)
Relasi
guru dengan siswa
4)
Disiplin
sekolah
5)
Alat pelajaran
6)
Metode mengajar
7) Waktu belajar, dsb.
1)
Kegiatan
siswa dalam masyarakat
2)
Media massa
3)
Teman bergaul
4) Bentuk kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Taksonomi tipe hasil belajar adalah klasifikasi khusus terhadap tipe
hasil belajar untuk tujuan pendidikan. Terdapat beberapa taksonomi diantaranya,
taksonomi Benyamin S. Bloom dan taksonomi “Delapan Tipe Belajar”.
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Faktor-faktor
yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
B.
Saran
Dengan kita mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, maka sebaiknya pihak pendidik dan orang tua saling bekerja sama dalam
mencapai hasil belajar yang maksimal untuk memenuhi setiap aspek dalam
tipe-tipe hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
Arikunto, Suharisini, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008.
Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, 1983.
[1]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008, 113.
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,...,
114.
[3] Muhibbin Syah,
Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010, hlm 13.
[4] W.S. Winkel.
Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.
Jakarta: Gramedia. 23.
Komentar
Posting Komentar