Makalah Keislaman ( TAKDIR )
TAKDIR
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ke Islaman
Dosen Pengampu : Wahidin, M.Ag
![](file:///C:/Users/MYCOMP~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Disusun Oleh :
Aida Dwi Rahmawati NIM : 111 – 13 – 042
Dea Prasmanita Rahmani NIM : 111 – 13 – 065
Nailul Huda NIM : 111 – 13 - 072
PENDAHULUAN
Pembicaraan soal
takdir telah salah kaprah selama beratus tahun. Contohnya Indonesia, kepahaman
takdir sama dengan nasib. Salah kaprah ini sungguh ini membingungkan sampai –
sampai banyak orang yang tidak berani membahas soal takdir. Takdir ya takdir.
Sebuah ketetapan Allah SWT yang tidak bisa di ubah oleh makhluk-Nya. Kita tidak
punya hak sedikit pun tentang ketetapan ilmu itu. Manusia tinggal menjalani.
Setiap orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal
hingga akhir. Hal ini dinyatakan dalam Al – Qur’an bahwa segala sesuatu yang
terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk kitab.
Namun pemahaman
seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena dengan hanya
memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung untuk
menjalani hidup dan menyikapinya.
Terkait dengan
fenomena takdir maka wujud kelemahan manusia itu adalah ketidaktahuan akan
takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan
berfikir manusia memang dapat membawanya kepada perhitungan, proyeksi dan
perencanaan yang canggih. Namun, setelah di realisasinya tidak sesuai dengan
keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Takdir
Kata takdir (تقدر)
terambil dari kata qaddara (قادرة) berasal dari asal kata qadara (قدرة) yang antara lain berarti mengukur,
memberi kadar atau ukuran, atau bisa diartikan kuasa mengerjakan sesuatu[1].
Arti sederhananya bila anda berkata ‘Allah telah menakdirkan demikian’ maka itu
berarti ‘Allah telah memberi kadar / ukuran / batas tertentu dalam diri, sifat,
atau kemampuan maksimal mahluk-Nya’. Dan karenanya segala sesuatu selain Tuhan sudah ditetapkan ukurannya, peristiwa – peristiwa
yang terjadi di alam ini misalnya, sudah berada dalam kadar dan ukuran
tertentu. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia.
Peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan.
Takdir
adalah konsep sebab – akibat yang melibatkan faktor X. Ia melibatkan
“Kekuasaan” dan “Kehendak” diluar kekuasaan dan kehendak diri kita sendiri. Jika
diaplikasikan dalam sudut. Sudut belakang adalah peristiwa sekarang atau usaha.
Kemudian sudut ‘Vertikal’ adalah Kekuasaan – Kehendak Allah. Sudut depan adalah
hasil atau takdir. Artinya, usaha dan peristiwa yang sedang berjalan tidak
selalu memberikan hasil seperti yang kita ingini. Ada Kekuasaan – Kehendak
diluar diri kita yang menjadi penentu. Maka sebenarnya secara tidak langsung
kita telah yakin akan adanya “Sesuatu” yang menjadi penentu atas hasil usaha
kita. Dialah Allah SWT.[2]
B.
Tingkatan Takdir
Sebelumnya
kita mengetahui jika takdir terdiri dari 3 hal, jodoh, rezeki dan kematian.
Takdir
memiliki 4 tingkatan, yaitu : [3]
1.
Al – Ilmu : Allah mengetahui segala sesuatu baik
secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa
yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail
maupun jelas atas setiap gerak – gerik makhluknya.
2.
Al – Kitabah : bahwa Allah mencatat semua itu dalam
lauhil mahfuz. “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian
itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu
amat mudah bagi Allah.” Q.S. Al – Hajj (22) : 70
3.
Al – Masyiah : Allah Maha Berkehendak. Bahwa tidak
ada sesuatu apapun yang ada di langit maupun bumi melainkan dengan kehendak –
Nya. “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.” Q.S. Yasin (36) : 82
4.
Al – Khalqu : Tidak ada sesuatu apapun di langit dan
di bumi melainkan Allah yang menciptakan, mengaturnya, dan menguasainya.
C.
Takdir dalam Rukun Iman dan Penerapannya dalam
Kehidupan Sehari – hari
Percaya
kepada takdir atau Qada dan Qadar, merupakan rukun iman yang ke-6 atau
terakhir. Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini
bahwa Allah SWT telah mejadikan segala makhluk dengan kodrat dan irodat-Nya dan
segala hikmah-Nya.[4]
Penerapan
takdir dalam kehidupan sehari – hari merupakan bagian terpenting dalam
kehidupan seseorang. Manusia bebas memilih apa saja yang mereka mau. Pergi
tidur. Makan. Minum, dsb. Allah menularkan sifat kehendak kepada umat –Nya.
Meskipun dalam skala terbatas. Ini adalah fitrah yang di tetapkan Allah lewat
Qadar – Nya. Tidak bisa dipilih. Tidak bisa dipengaruhi oleh usaha orang yang
bersangkutan. Dengan berbekal Qadar kita menjalani takdir kita sendiri ke masa
depan.
`yJÏ9 uä!$x© óOä3ZÏB br& tP£s)tGt ÷rr& t¨zr'tGt ÇÌÐÈ @ä. ¤§øÿtR $yJÎ/ ôMt6|¡x. îpoYÏdu ÇÌÑÈ
Artinya : (yaitu) bagi
siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. Tiap – tiap diri
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.[5]
Takdir
merupakan penyebab seseorang menjadi bersemangat dalam beramal dan berusaha
untuk mencapai keridhaan Allah dalam hidup ini. Manusia akan mengetahui
kemampuan dirinya sehingga sehingga tidak menjadi sombong, tinggi hati, dan
terlalu berbangga hati. Dan juga dapat menjadikan manusia tersebut memiliki
keberanian hati untuk berbagai tantangan serta menguatkan keinginan di
dalamnya.
Putuskanlah
apa yang menjadi pilihan dalam kehidupan ini. Sebab, semua keputusan akan
menjadi penyebab takdir dimasa depan. Kehendakmu adalah awal dari takdirmu. Apa
yang kamu semai adalah apa yang kamu tuai.
PENUTUP
Kesimpulan
Takdir adalah
pengetahuan abadai kepunyaan Allah, Dia yang memahami waktu sebagai kejadian
tunggal dan Dia yang meliputi keseluruhan ruang dan waktu. Bagi Allah,
segalanya sudah ditentukan dan sudah selesai dalam sebuah takdir. Berdasarkan
hal – hal yang diungkapkan dalam Al – Qur’an kita juga dapat memahami bahwa
waktu bersifat tunggal bagi Allah. Kejadian yang bagi kita terjadi di masa
mendatang, digambarkan dalam Al – Qur’an sebagai kejadian yang telah lama
berlalu.
Manusia mempunyai
kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang di berikan oleh Allah
kepadanya. Oleh sebab itu, sekiranya
manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini,
diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya.
[1] Kamus
Bahasa Arab – Indonesia / Prof. DR. H. Mahmud Yunus / Mahmud Yunus Wa Dzumiyyah
/ 2009 / hal 332
[2] Mengubah
takdir Edisi Ke 7/ Agus Musthofa / PADMA press / 2005 / hal 81
[3] Akidah
Islam / Yunahar Ilyas / LPPI UMY / Yogyakarta / 1993 / hal 187 - 188
[4] Tauhid
Ilmu Kalam / Muhammad Ahmad / Pustaka Setia / 1998 / hal 136
[5] Al-
Qur’an Surah Al Muddatstsir (74) : 37 – 38
Komentar
Posting Komentar